INDONESIA
KALIMAT DAN PARAGRAF YANG BAIK
KELOMPOK
6
1.
Anisya
Uswatu Khasanah (1013212)
2.
Godensia
Ratna Sari (1013214)
3.
Lailatul
Maulida (1013216)
4.
Yulipasari
(1013223)
5.
Nurjanah
Puspita Sari (1013226)
KELAS:
1 TENAGA
PENYULUH LAPANGAN 2013
AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
I.
PARAGRAF
Pengertian Paragraf
Sebuah
paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki
tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang
baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru.
Sebuah
paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu
dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan
bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang.
Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk
dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya
tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya;
tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah
paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri
dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru
digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.Kepaduan mengacu kepada
hubungan yang harmonis antarkalimat dalam paragraf. Kepaduan sebuah paragraf
dapat didukung oleh beberapa cara :
1.
pengulangan kata-kata kunci,
2.
pemakaian kata ganti tertentu, dan
3.
pemakaian kata-kata transisi.
Pengembangan
mengacu kepada teknik penyusunan gagasan-gagasan dalam paragraf, baik gagasan
utama maupun gagasan bawahan. Semakin rinci seorang penulis mengemukakan
gagasan-gagasan bawahan yang mendukung gagasan utama, akan semakin mudah
pembaca membedakan antara gagasan utama dengan gagasan bawahannya. Keterampilan
ini kemudian dikembangkan dengan pola-pola tertentu.
Syarat Paragraf
Paragraf
yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi),
(2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama
1. Kesatuan
Makna (Koherensi)
Maksudnya
: keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Sebuah
paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam
paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah
saja.Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah
yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu
ide atau masalah.
2. Kesatuan
Bentuk (Kohesi)
Kesatuan
bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus,
lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi,
penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
3. Hanya
Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang
baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok.Jika dalam satu
paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak
efektif.Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran
utama.Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran
penjelas.Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk
kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.
Fungsi Paragraf
1. Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2. Menandai
peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembacanya.
4. Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5. Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
6. Mengungkapkan
informasi tertentu dengan gagasan utama sebagai pengendalinya.
Kerangka paragraph
1. Dimulai
dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
2. Memberikan
detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
3. Ditutup
dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Macam-macam paragraf
Paragraf
dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.
Jenis
Paragraf Berdasarkan Isi:
1. Narasi
adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya:
ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam narasi adalah :
•Biasanya cerita
disampaikan secara kronologis.
•Mengandung plot atau
rangkaian peristiwa.
•Ada tokoh yang menceritakan,
baik manusia maupun bukan.
2. Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa
melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang
dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek
yang digambarkan.
Ciri-ciri diskripsi
adalah :
•Bersifat informatif
•Pembaca diajak
menikmati sesuatu yang ditulis
•Susunan peristiwa
tidak dianggap penting.
3. Eksposisi
adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk
sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada
informasi.
4. Argumentasi
adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya.
Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
5. Persuasi
adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar
melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Jenis
Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya:
Gorys Keraf
(1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan
tujuannya sebagai berikut.
1. Paragraf
Pembuka
Paragraf
pembuka merupakan paragraf yang membuka atau mengantarkan karangan secara
utuh.Peragraf pembuka yang baik haruslah mampu menarik perhatian pembaca dan
menyiapkan pikiran pembaca kepada persoalan utama. Untuk menarik perhatian
pembaca dapat diungkapkan hal-hal sebagai berikut : mengawalinya dengan
kutipan, pribahasa atau anekdok, menunjukkan pentingnya masalah, dan
menciptakan kontras yang menarik. Untuk menyiapkan pikiran pembaca kepada
persoalan utama, perlu diungkapkan pembatasan persoalan, gambaran umum
persoalan, adanya maksud atau tujuan karangan.
2. Paragraf
Penghubung
Bertujuan
mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan
dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1. mengemukakan
inti persoalan
2. memberikan
ilustrasi
3. menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas
paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan
dasar bagi simpulan.
3. Paragraf
Penutup
Paragraf penutup
adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian
karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa
yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi
topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf
penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek.Hal
yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan
yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan
banyak kesan kepada pembacanya.
Jenis paragraph berdasarkan letak
kalimat utamanya:
1. Paragraf
deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau
kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
2. Paragraf
Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan
kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam
tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
A. Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
A. Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Berdasarkan
bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2
jenis bentuk paragraf generalisasi:
a. Loncatan
Induktif
Paragraf
Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap
bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan
seluruh fenomena yang terjadi.Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan
oleh penulis.Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum
bisa mencerminkan seluruh fenomena.
b. Tanpa
Loncatan Induktif
Paragraf
Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf
generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa
mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat
dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.
B. Analogi
B. Analogi
Pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan
dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam
bidang yang lain.
C. Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf
dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.
Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter
karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat,
akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
a. Sebab-Akibat
Penalaran
ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada
kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
b. Akibat-Sebab
Dalam
pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat.Peristiwa itu
kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
c. Sebab-Akibat-1
Akibat-2
Suatu
penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.Akibat pertama berubah menjadi
sebab yang menimbulkan akibat kedua.Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat.
3. Paragraf
Campuran
Paragraf
yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian
diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat
topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
4. Paragraf
Deskriptif/Naratif/Menyebar
Paragraf yang
tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf
atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.
II.
KALIMAT
Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan
suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri
dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf
kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru. Kalimat
merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian
dan pola intonasi akhir.
Ciri-ciri Kalimat
Susilo
(1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia secara umum, kelima
ciri tesebut ialah:
1. Bermakna
2. Bersistem
urutan frase
3. Dapat
berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain
4. Berjeda
5. Berhenti
dengan berakhirnya intonasi
Kalimat yang
memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu
belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
Ditempat ini pernah diadakan latihan
militer untuk membentuk prajurit yang tangguh.
Kalimat ini
bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu
karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku
menurut Susilo (1990:4), yaitu gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur
mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan
yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
1. Gramatikal
Kalimat
baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang
berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo
(1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase
(frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi).
Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek
dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek
atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan.
Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan.
Unsur subjek tidak akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula
sebaliknya dengan unsur predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur
subjek.
Contoh kalimat:
Aku
telah membunuh waktu untuk mencari ilmu
Kalimat
diatas terdiri dari unsur subjek aku unsur predikat membunuh waktu dan unsur keterangan untuk mencari ilmu. Jika unsur
keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan
kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur
predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.
2. Bebas
dari unsur mubazir
Dalam
pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan
fungsinya. Jika ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan
menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Pemakaian dua kata yang sama dalam
sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai
dari, sejak dari.
3. Bebas
dari kontaminasi
Kontaminasi
berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti kerancuan
akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10)
menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua
struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.
Kerancuan dalam bahasa
Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;
A. Kontaminasi
bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang diakibatkan oleh
pembentukkan kata-kata baru. Kata
mengenyampingkan merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal dari
kata dasar samping lalu diikuti kata
depan ke yang menjadi ke samping. Kata ke samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga merubahnyanya menjadi kata mengesampingkan.
B. Kontaminasi
bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa. Frasa ialah
gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana,
1982:46). Kalimat berulang kali ia
disakiti terdiri dari tiga frasa berulang
kali, ia, disakiti. Kata berulang kali
berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian
digabungkan sehingga menjadi kata berulang
kali yang sebenarnya merupakan frasa yang rancu.
C. Kontaminasi
bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat ini Mahasiswa
dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada yang bertanya
tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak boleh
memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir)
makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya.
4. Bebas
dari interfensi, dalam
perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa daerah di
Indonesia maupun bahasa asing. Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia dapat menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia.
Menurut Susilo (1990:11) unsur yang memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima
sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena
merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada bahasa
Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami
interferensi dengan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang
terlihat pada kata sekolahan konteks
kalimat saya akan berangkat ke sekolahan.
kata sekolahan interferensi dari
bahasa jawa. Di dalam bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah.
5. Sesuai
dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia, pemakaian
lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak
konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu
(1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah,
dialek dan "warna" lafal bahasa asing.
Jenis-jenis
Kalimat
1. Berdasarkan
Pengucapan
A. Kalimat
Langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya
adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa
kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
B. Kalimat
Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang
menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
2. Berdasarkan
Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
A. Kalimat
Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana.
Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola
pembentukannya.
Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
·
KB + KK (kata benda + kata kerja)
·
KB + KS (kata benda + kata sifat)
·
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Kalimat
tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
·
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang
pola predikatnya menggunakan kata benda.
·
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang
menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
B. Kalimat
Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih
kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
a. Kalimat
Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara
dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
a) Kalimat
majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi
dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”.
b) Kalimat
majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan
kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
c) Kalimat
majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya
dihubungkan dengan kata “atau”.
d) Kalimat
majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan
menambahkan kata “bahkan”.
b. Kalimat
Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur
induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang
terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi),
kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
a)
Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.
b)
Sebab, misal: karena, oleh karena itu,
sebab, oleh sebab itu.
c)
Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.
d)
Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.
e)
Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.
f)
Pengandaian, misal: andaikata,
seandainya.
g)
Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
h)
Perbandingan, misal: bagai, laksana,
ibarat, seperti.
i)
Pembatasan, misal: kecuali, selain.
j)
Alat, misal: (dengan + Kata Benda)
dengan mobil, dll.
c. Kalimat
Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara
kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan
kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
3. Berdasarkan
Isi atau Fungsinya
A. Kalimat
Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya
diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini
akan diakhiri dengan tanda seru (!).
B. Kalimat
Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu.
Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya
kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang
mendengar kalimat berita ini.
C. Kalimat
Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya
kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang
sering digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana,
kemana, kapan, berapa, siapa, mengapa.
D. Kalimat
Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam
pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam
penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda
titik (.).
4. Berdasarkan
Unsur Kalimat
A. Kalimat
Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah
predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
B. Kalimat
Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak
sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan
ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak
lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
5. Berdasarkan
Pola Subjek – Predikat
A. Kalimat
Versi
Kalimat versi ini dicirikan dengan adanya kata
predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk
penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat
versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata
itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
Ambil tas itu kesini!
B. Kalimat
Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang sesuai dengan
susunan pola kalimat dasar Bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Ibu membeli sayur di pasar untuk
makan nanti malam
6. Berdasarkan
Subjeknya
A. Kalimat
aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan (pekerjaan).
B. Kalimat
Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan.
KESIMPULAN
Paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai sehingga membentuk suatu gagasan. Paragaf
dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan
tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya.Sebuah
paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk
suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
SUMBER
http://susandi.wordpress.com/2010/02/09/paragraf/
http://bermututigaputri.guru-indonesia.net/artikel_detail-33576.html
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-kalimat-dan-unsur-kalimat.html
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-kalimat-dan-unsur-kalimat.html
No comments:
Post a Comment