Thursday, December 12, 2013

Kalimat dan Paragraf yang Baik


INDONESIA
KALIMAT DAN PARAGRAF YANG BAIK



KELOMPOK 6

1.       Anisya Uswatu Khasanah       (1013212)
2.       Godensia Ratna Sari               (1013214)
3.       Lailatul Maulida                     (1013216)
4.       Yulipasari                               (1013223)
5.       Nurjanah Puspita Sari             (1013226)

KELAS: 1 TENAGA PENYULUH LAPANGAN 2013


AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
I.      PARAGRAF
Pengertian Paragraf
Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.Kepaduan mengacu kepada hubungan yang harmonis antarkalimat dalam paragraf. Kepaduan sebuah paragraf dapat didukung oleh beberapa cara :
1. pengulangan kata-kata kunci,
2. pemakaian kata ganti tertentu, dan
3. pemakaian kata-kata transisi.
Pengembangan mengacu kepada teknik penyusunan gagasan-gagasan dalam paragraf, baik gagasan utama maupun gagasan bawahan. Semakin rinci seorang penulis mengemukakan gagasan-gagasan bawahan yang mendukung gagasan utama, akan semakin mudah pembaca membedakan antara gagasan utama dengan gagasan bawahannya. Keterampilan ini kemudian dikembangkan dengan pola-pola tertentu.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya memiliki satu pikiran utama
1.      Kesatuan Makna (Koherensi)
Maksudnya : keserasian hubungan timbal-balik antar kalimat dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu masalah saja.Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2.      Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
3.      Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok.Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf tersebut tidak efektif.Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya satu pikiran utama.Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas.Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.
Fungsi Paragraf
1.      Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2.      Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.      Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5.      Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
6.      Mengungkapkan informasi tertentu dengan gagasan utama sebagai pengendalinya.
Kerangka paragraph
1.      Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
2.      Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
3.      Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Macam-macam paragraf
Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.
Jenis Paragraf Berdasarkan Isi:
1.      Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
•Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
•Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
•Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
2.      Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.
Ciri-ciri diskripsi adalah :
•Bersifat informatif
•Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
•Susunan peristiwa tidak dianggap penting.
3.      Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
4.      Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
5.      Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
        Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya:
Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
1.      Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang membuka atau mengantarkan karangan secara utuh.Peragraf pembuka yang baik haruslah mampu menarik perhatian pembaca dan menyiapkan pikiran pembaca kepada persoalan utama. Untuk menarik perhatian pembaca dapat diungkapkan hal-hal sebagai berikut : mengawalinya dengan kutipan, pribahasa atau anekdok, menunjukkan pentingnya masalah, dan menciptakan kontras yang menarik. Untuk menyiapkan pikiran pembaca kepada persoalan utama, perlu diungkapkan pembatasan persoalan, gambaran umum persoalan, adanya maksud atau tujuan karangan.
2.      Paragraf Penghubung
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
           1.   mengemukakan inti persoalan
           2.   memberikan ilustrasi
           3.   menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
           4.   meringkas paragraf sebelumnya
           5.   mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3.      Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek.Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
Jenis paragraph berdasarkan letak kalimat utamanya:
1.      Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
2.      Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas. 
     A.    Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi:
a.       Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi.Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis.Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
b.      Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.
B. Analogi
Pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
      C.     Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
a.       Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:
b.      Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat.Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:
c.       Sebab-Akibat-1 Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
3.      Paragraf Campuran
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:
4.      Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.



II.      KALIMAT
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru. Kalimat merupakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
Ciri-ciri Kalimat
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia secara umum, kelima ciri tesebut ialah:
1.      Bermakna
2.      Bersistem urutan frase
3.      Dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain
4.      Berjeda
5.      Berhenti dengan berakhirnya intonasi

Kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
Ditempat ini pernah diadakan latihan militer untuk membentuk prajurit yang tangguh.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
1.      Gramatikal
Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
Aku telah membunuh waktu untuk mencari ilmu

Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek aku unsur predikat membunuh waktu dan unsur keterangan untuk mencari ilmu. Jika unsur keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.
2.      Bebas dari unsur mubazir
Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan fungsinya. Jika ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Pemakaian dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari.
3.      Bebas dari kontaminasi
Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10) menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.
Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;
   A.    Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata mengenyampingkan merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal dari kata dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping. Kata ke samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga merubahnyanya menjadi kata mengesampingkan.
     B.     Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa. Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana, 1982:46). Kalimat berulang kali ia disakiti terdiri dari tiga frasa berulang kali, ia, disakiti. Kata berulang kali berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian digabungkan sehingga menjadi kata berulang kali yang sebenarnya merupakan frasa yang rancu.
    C.     Kontaminasi bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat ini Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada yang bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya.
4.      Bebas dari interfensi, dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11) unsur yang memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami interferensi dengan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah.
5.      Sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia, pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing.
         Jenis-jenis Kalimat
1.      Berdasarkan Pengucapan
           A.    Kalimat Langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
       B.     Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
2.      Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
         A.    Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
·         KB + KK (kata benda + kata kerja)
·         KB + KS (kata benda + kata sifat)
·         KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
·         Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
·         Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
           B.     Kalimat Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
a.       Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
a)      Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”.
b)      Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
c)      Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”.
d)     Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”.
b.      Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
a)      Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.
b)      Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
c)      Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.
d)     Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.
e)      Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.
f)       Pengandaian, misal: andaikata, seandainya.
g)      Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
h)      Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti.
i)        Pembatasan, misal: kecuali, selain.
j)        Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll.
c.       Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
3.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya
          A.    Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
      B.     Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat berita ini.
         C.     Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan, berapa, siapa, mengapa.
        D.    Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
4.      Berdasarkan Unsur Kalimat
           A.   Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
         B.     Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
5.      Berdasarkan Pola Subjek – Predikat
           A.    Kalimat Versi
Kalimat versi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
Ambil tas itu kesini!
            B.     Kalimat Inversi
Kalimat inversi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Ibu membeli sayur di pasar untuk makan nanti malam
6.      Berdasarkan Subjeknya
            A.    Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan (pekerjaan).
            B.     Kalimat Pasif
            Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan.

         KESIMPULAN
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai sehingga membentuk suatu gagasan. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya.Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.

         SUMBER
           http://susandi.wordpress.com/2010/02/09/paragraf/
           http://bermututigaputri.guru-indonesia.net/artikel_detail-33576.html
           http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
           http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf 
           http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-kalimat-dan-unsur-kalimat.html


No comments:

Post a Comment